Miskom, istilah yang sering sekali kita dengar, bahkan sering kita katakan. Miskom terjadi saat apa yang kita maksud diterima berbeda oleh orang lain, sehingga pada akhirnya menimbulkan perbedaan persepsi yang berujung pada konflik dan pertengkaran.

Banyak masalah terjadi hanya karena miskom. Apa benar miskom ini sekedar “hanya miskom”?

Kita seringkali menganggap komunikasi adalah hal yang mudah untuk dilakukan, karena pada dasarnya kita melakukan komunikasi sehari-hari dengan orang lain, entah itu dengan rekan kerja, teman, keluarga, pedagang makanan, dan sebagainya. Tapi kenapa bisa terjadi miskom, padahal komunikasi adalah hal biasa yang dilakukan sehari-hari?

Karena nyatanya persoalan komunikasi bukanlah sekedar persoalan biasa. Komunikasi masalah yang sangat kompleks. Komunikasi bukan hanya sekedar menyampaikan pesan/informasi dengan rangkaian kata-kata, Komunkasi terdiri dari 3V (Verbal),  gesture tubuh dan raut wajah (Visual), intonasi suara (Voice), ditambah dengan latar belakang lawan bicara kita.

Latar belakang lawan bicara kita akan berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang mereka terhadap suatu informasi. Budaya, adat, agama, keluarga, pengalaman, umur, pendidikan, kedudukan sosal, dan lingkungan tumbuh adalah beberapa contoh latar belakang yang memiliki peranan besar. Untuk itu seringkali ketika kita ingin menyampaikan suatu pesan/informasi “Ä” bisa ditangkap sebagai “B”.

Terkadang kita hanya fokus pada bagaimana respon orang terhadap hal yang kita sampaikan. Hal yang sering kita lupakan adalah bagaimana cara kita menyampaikan informasi itu.

Walaupun kita tidak bisa mengatur orang lain akan berlaku, berpikir, dan bersikap sama dengan kita, namun bagaimana kita bersikap adalah tanggung jawab kita. Berdasarkan pengalaman, hal-hal berikut dapat diterapkan pada diri kita untuk meminimalisir terjadinya miskom dengan orang lain :

  1. Kenali siapa yang akan kita ajak bicara

Kata-kata dan gesture harus disesuaikan dengan siapa yang akan kita ajak bicara. Latar belakang lawan bicara merupakan faktor terpenting yang perlu kita pahami.

  1. Biasakan diri untuk menggunakan kata-kata yang baik.

Karena siapapun orangnya berhak dan senang diperlakukan baik. Kata-kata yang baik menunjukkan apresiasi kita terhadap mereka dan diri kita sendiri. Jangan pernah merendahkan orang walaupun hanya untuk bercanda, bahkan dengan teman dekat sekalipun. Latih diri untuk memberikan kesan terbuka dan hangat.

Penggunaan kata dapat memberi pengaruh dan kesan besar seperti :

  • “Lah” dapat menimbulkan kesan seakan-akan kita meremehkan lawan bicara kita, mengaggap mereka tidak paham hal umum yang seharusnya diketahui.

“Bisakah kita meminta brosur itu di kantor pemerintah?” “Bisa lah”

  • “Kok” menimbulkan kesan kita menantang dan sok tahu, walaupun pada kenyataannya kita memang tahu, namun sikap sok sangat tidak baik,

“Kita gak bisa ikut seminar itu ya?” “Bisa kok”

  1. Peka terhadap situasi dan mood seseorang

Sebelum menyampaikan suatu pesan kita harus bisa menilai apakah ini saat terbaik untuk menyampaikannya. Apakah lawan bicara kita sedang sibuk/santai, sedang senang/sedih. Banyak miskom terjadi hanya karena masalah waktu penyampaian yang tidak tepat. Karena kondisinya, lawan bicara kita mungkin hanya menangkap 50% dari 100% hal yang ingin kita sampaikan.

  1. Sampaikan pesan dengan jujur

Terkadang orang Indonesia memang masih sulit untuk menerima informasi yang blak-blakan, kita akan menggangap sikap blak-blakan sebagai tindakan kasar. Tapi pada dasarnya sikap blak-blakan adalah sikap terbaik agar lawan bicara kita tidak bingung dan salah mengartikan apa yang ingin kita sampaikan karena terlalu banyak basa-basi. Hal yang perlu kita ingat adalah blak-blakan dalam tujuan, namun tetap sopan dalam kata, raut, dan gesture.

Menegur jangan sampai menghina, mendidik jangan sampai memaki, berpendapat jangan sampai menggurui, meminta jangan sampai memaksa.

  1. Pastikan kembali pesan yang kita sampaikan diterima sesuai dengan maksud kita.

Setelah menyampaikan pesan, walaupun terlihat bahwa lawan bicara merespon sesuai ekspektasi kita, namun biasakan diri untuk selalu memastikan bahwa apa yang kita ingin sampaikan diterima dengan bentuk yang sama. Hal yang sama berlaku sebaliknya, bila kita menerima pesa/informasi dari orang lain pastikan bahwa persepsi kita sama dengan maksud mereka. Banyak orang menganggap ini hanya hal sepele, mereka merasa telah menangkap isi pesan dengan benar dan tidak memastikannya pada pembicara, namun pada pelaksanaannya berbeda.

  1. Berikan kesempatan orang lain untuk merespon, mari terbuka terhadap perbedaan pendapat dan masukan.

Saat kita telah sepenuhnya menyampaikan maksud kita, maka giliran kita memberikan kesempatan pada lawan bicara kita untuk merespon. Pandang masukan/argumen/pendapat lawan bicara kita sebagai pengetahuan baru tentang suatu hal (baik pengetahuan atas informasi baru atau pengetahuan akan sifat dan pola pikir lawan bicara kita).

Mari bersama belajar untuk menyampaikan sesuatu dengan baik. Bagaimanapun respon yang akan kita terima, baik atau buruk sepenuhnya adalah pilihan lawan bicara kita, tanggung jawab kita adalah menyampaikan suatu hal dengan sebaik-baiknya. Bersama belajar untuk menjadi pribadi yang bicara dengan cara yang kita ingin orang lain katakan pada kita.